Sentuhan Pribadi Dalam Pekerjaan Kita !


Setiap pabrik yang baik selalu memiliki departemen Quality Assurance yang tugasnya memastikan bahwa setiap produk yang dirilis memenuhi standar kualitas tertentu. Suatu produk layak jual bukanlah produk yang 100% memenuhi syarat tertentu itu, melainkan yang masih berada dalam ‘range’ atau rentang kualitas tertentu. Bahkan di pabrik yang sudah serba otomatis menggunakan system komputer terbaikpun masih bisa terjadi defect atau penyimpangan hasil. Apa lagi jika pekerjaan itu dilakukan secara manual oleh setiap karyawan. Misalnya; mengetik, menganalisis, memasarkan, menjual, membuat laporan, memeriksa, dan sebagainya. Kita semua, berada dikantor mengerjakan tugas atau pekerjaan tertentu. 

Ada teman Anda yang mengerjakan tugas yang sama, tetapi, saya bisa memastikan bahwa hasil kerja Anda dan teman Anda tetap saja berbeda. Bagi saya, ini mengisyaratkan kesempatan buat siapa saja untuk menunjukkan bahwa dia bisa memberikan hasil pekerjaan yang lebih baik dari orang lain. Dengan demikian, dia bisa dikenali sebagai orang yang benar-benar memiliki sentuhan pribadi terbaik atas setiap pekerjaan yang ditanganinya.

Pekerjaan kita sama, misi kita sama, lingkungan kerja kita pun sama. Tetapi, setiap orang di kantor kita menghasilkan buah karya yang berbeda, bukan? Mengapa citarasa masakan yang dihasilkan berbeda? Karena setiap koki memiliki sentuhan pribadi yang berbeda. Mengapa hasil kerja kita di kantor juga berbeda? Karena setiap karyawan memiliki sentuhan pribadi yang berbeda. Hanya pekerjaan yang mendapatkan sentuhan pribadi terbaik saja yang akan memberikan hasil terbaik. Bagi Anda yang tertarik menemani saya belajar memberikan sentuhan pribadi terbaik kepada pekerjaan, saya ajak memulainya dengan memahami 5 sudut pandang Natural Intelligence berikut ini:

1. Kesempatan untuk membuat perbedaan. 
Salah satu masalah klasik yang kita hadapi saat ini adalah; begitu banyak orang yang secara sengaja membuat cara dan perilaku kerja kerja mereka sama seperti orang lain. Bayangkan jika di kantor Anda ada 100 orang yang mengerjakan tugas yang sama seperti Anda. Tak satupun diantara 100 orang itu yang bisa membuat perbedaan bermakna. Bagaimana bisa menentukan 1 orang terbaik dari kelompok itu? Sekarang, bayangkan jika dari 100 orang itu ada 1 orang yang cara kerja dan perilakunya berbeda secara positif dibandingkan 99 orang lainnya? Apakah mudah bagi Anda untuk mengetahui siapa bintangnya? Pasti. 

2. Perbedaan dihasilkan oleh perilaku. 
Apa yang menyebabkan kita kehilangan keunikan dalam pekerjaan yang kita hasilkan? Kita sering lupa memberinya sentuhan pribadi. Coba saja lakukan pekerjaan Anda persis seperti orang lain melakukannya. Maka hasilnya tidak akan jauh beda dengan yang dihasilkan oleh orang lain. Masalahnya, kita cenderung ‘mengikuti arus’ saja. Misalnya, ketika teman-teman di kantor kita sedang pada kesal. Pasti perilaku kerja mereka akan terpengaruh buruk. Lha, kita kok suka tergoda untuk mengikuti perilaku buruk itu. Padahal, justru ketika orang lain berperilaku buruk itulah setiap perilaku baik akan terlihat dengan mudah. Ketika kita tetap berperilaku baik ditengah begitu banyaknya orang berperilaku buruk, kita tidak sedang berusaha untuk ‘mencari muka’. Kita sedang berteguh hati untuk memberikan ‘sentuhan pribadi’ itu terhadap pekerjaan kita. Orang lain boleh berperilaku buruk, tetapi; ‘pribadi saya jauh lebih baik’. 

3. Perilaku menghasilkan keunggulan. 
Segala sesuatu yang sama dengan lainnya biasanya kita sebut sebagai ‘rata-rata’ atau ‘umum’. Sedangkan sesuatu yang ‘berbeda’ biasanya kita sebut sebagai ‘pengecualian’ atau ‘khusus’. Tentu ada hal khusus yang buruk, semisal produk yang tidak memenuhi standar kualitas yang dipersyaratkan team QA itu. Tetapi, sekarang kita sedang berbicara tentang standar kualitas melampaui kebanyakan orang. Di pabrik pun kita mengenal klasifikasi produk grade A, grade B, dan seterusnya. Maka begitu pula halnya dengan kinerja yang kita hasilkan. Lihat saja, faktanya kita bisa menemukan ada orang-orang yang special ditengah kerumunan karyawan yang mempunyai job description yang sama. Seperti episode MasterChef Recipe Challenge itu. Segala sesuatunya sama dengan kebanyakan orang lainnya. Tuntutan kerjanya. Standard Operating Procedurenya. Begitu pula dengan lingkungan kerjanya. Tetapi, mengapa pelanggan merasakan ‘perbedaan’ ketika orang ini melayaninya? Senyumnyakah? Tata bahasanyakah? Gesturnyakah? Mengapa teman-temannya selalu senang bekerjasama dengan dia? Keramahannyakah? Keluwesannyakah? Mengapa atasannya lebih senang bekerja dengan dia? Kedisiplinannyakah? Keakuratannyakah? 

4. Keunggulan mencerminkan dedikasi. 
Tidak ada yang bisa menjatuhkan orang yang benar-benar memiliki dedikasi. Orang-orang ini benar-benar bisa diandalkan. Bukan hanya ketika keadaan sedang serba indah, melainkan juga pada saat segala sesuatunya sedang serba sulit. Makanya orang yang berdedikasi itu sangat dicari-cari. Masalahnya, orang yang memiliki dedikasi itu jumlahnya hanya sedikit. Masalah? Itu masalah bagi para pemilik perusahaan dan top management. Tapi, peluang bagi para karyawan. Setidak-tidaknya, lebih banyak orang yang memiliki dedikasi rendah daripada mereka yang dedikasinya tinggi terhadap profesi mereka. Emh, maksud saya, untungnya orang yang memiliki dedikasi itu jumlahnya hanya sedikit. Salah satu ciri dedikasi adalah ketika mereka bersedia mencurahkan kemampuannya secara maksimal tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang menghambatnya. Bahkan situasi yang kurang menyenangkan sekalipun tetap tidak bisa menjadikan orang berdedikasi tinggi mengorbankan kualitas kerjanya. Apalagi jika orang-orang ini berhadapan langsung dengan para pelanggan. 

5. Dedikasi menghasilkan diskriminasi yang manis. 
Kita sudah tahu jika orang yang berdedikasi tinggi itu sangat langka. Ini juga menjadikan mereka sedemikian istimewa dan berharganya. Makanya wajar jika hal itu dibalas dengan sebuah perlakuan yang ‘berbeda’. Saya menyebutnya sebuah ‘diskrimininasi yang manis’. Para aktivis persamaan hak mungkin menolak diskriminasi. Tetapi, jika diskriminasi itu berupa perlakukan istimewa yang menyenangkan bagi orang yang didiskriminasikan? Ah, tak seorangpun akan menolaknya ya kan? Orang-orang dengan kinerja istimewa memang pantas mendapatkan perlakuan istimewa. Kita tahu, ada banyak cara untuk mendapatkan perlakuan istimewa. Tapi, hanya satu cara yang benar-benar bisa membuat Anda puas lahir dan batin, yaitu; ketika Anda mendapatkannya melalui kinerja Anda yang istimewa juga. Dengan cara itu, Anda bisa mendapatkan perlakuan istimewa tanpa cibiran dari orang lain. 

Tugas Anda bisa saja sama dengan orang lain. Pekerjaan Anda bisa sama dengan mereka. Masalah dan tantangan yang Anda hadapi juga tidak berbeda. Tetapi, Anda; bisa memberikan hasil yang sama sekali berbeda melalui ‘sentuhan pribadi’ yang bisa Anda berikan dalam setiap detik yang Anda lalui saat menjalaninya. Sederhana saja kok caranya. Yaitu; sertakan seluruh hati Anda saat mengerjakannya. Karena dengan dedikasi sepenuh hati itu, Anda bisa membuat perbedaan yang pada akhirnya akan menjadi Anda seorang pribadi yang istimewa. Lha, kalau imbalannya sama dengan yang lain; apa gunanya? Oh, tetap ada. Gunanya adalah ketika Anda ditanya; “Apa yang sudah kamu lakukan semasa hidup?” Bisakah Anda menjawabnya dengan mantap jika semasa hidup itu Anda sudah mendayagunakan sepenuh hati Anda untuk setiap kebaikan dan perjuangan hidup yang Anda jalani? Insya Allah, bisa.

Mari Berbagi Semangat!
DEKA - Dadang Kadarusman
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...